Senin, 02 Januari 2012

BAHASA ARAB


Sunan Gunung Djati-Mana penulisan kata/istilah yang benar: ustadz, ustad, atau ustaz? Tanpa melihat dulu Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI), menurut saya penulisan yang benar adalah ustadz.
Pasalnya, “dz” merupakan transliterasi paling pas buat huruf “dzal” (ذ ) dalam bahasa Arab. Huruf ”d” untuk “dal” (د ) dan “z” untuk “zay” (ز).
Memang, sudah ada pedoman transliterasi (alih aksara) Arab-Indonesia berdasarkan Surat Keputusan Bersama Meneri Agama dan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Republik Indonesia tanggal 22 Januari 1988, antara lain sebagai berikut:


Arab
Latin
Arab
Latin
Arab
Latin
ا
`
ز
z
ق
q
ب
b
س
s
ك
k
ت
t
ش
sy
ل
l
ث
ts
ص
sh
م
m
ج
j
ض
d
ن
n
ح
h
ط
t
و
w
خ
kh
ظ
z
ه
h
د
d
ع
ء
ذ
ż
غ
g
ي
y
ر
r
ف
f

-
Namun, tidak semua orang mengacu kepada pedoman itu, mungkin karena tidak mengetahuinya atau mengetahuinya tapi merasa “tidak sreg” sehingga mengabaikannya. Apalagi, masing-masing media memiliki “buku gaya” (style book), yakni pedoman penulisan, sendiri-sendiri. Simak saja, misalnya, koran Pikiran Rakyat menulis Ka’bah dengan “Kabah”, Ustadz dengan “ustaz”, istiqomah dengan “istikamah”.
Transilterasi Arab-Indonesia yang sering berbeda adalah untuk penulisan huruf/kata antara lain sebagai berikut:
Tsa (ش) : hadits – hadis
Kho (خ ) : khilaf – hilaf,
Dzal (ذ ) : ustadz – ustad, ustaz
Ain mati (ع ) : ka’bah – kabah, ma’ruf – maruf,
Gha (غ) : maghrib – magrib, istighfar – istigfar, ghafur-gafur
Shad (ص ) : shalat-salat, solat, sholat
Sebagian istilah atau kata bahasa Arab sudah diserap menjadi bahasa Indonesia, seperti sedekah (shodaqoh), gaib (ghaib, ghoib), magrib (maghrib), azan (adzan), kalbu (qolbu), batin (bathin), wasalam (wassalam), dan sebagainya.
Namun, lagi-lagi, penulisan kata-kata tersebut sering tidak seragam. Jadi, sekali lagi, meskipun sudah ada pedoman Transliterasi Arab-Latin SKB Menag dan Mendibud, tidak jarang buku-buku pelajaran agama ataupun buku agama yang lain masih belum seragam mengeja kosakata Arab tersebut.
Ada kecenderungan untuk menuliskan konsonan bahasa Arab itu dalam bentuk huruf ganda, seperti dl, dh, dz, sh, gh, th, ts. Padahal, menurut pakar bahasa, huruf ganda seperti itu tidak ada dalam sistem ejaan Indoesia. Oleh sebab itu, seharusnya tidak digunakan dalam menuliskan unsur serapan bahasa:

Tidak ada komentar:

Posting Komentar